Selamat Datang di Situs Web Kementerian Luar Negeri Jerman
Franz Wilhelm Junghuhn
F.W. Junghuhn (1809 – 1864) – „Humboldt“nya Indonesia
F.W. Junghuhn dilahirkan pada tanggal 26-10-1809 di Mansfeld, daerah Prusia. Meskipun ia sendiri sebenarnya lebih tertarik untuk mempelajari ilmu botani, atas keinginan ayahnya ia menempuh pendidikan kedokteran di perguruan tinggi di Halle dan Berlin dari tahun 1827 hingga 1831 dan kemudian menjadi dokter militer. Tetapi tidak lama kemudian dia ditangkap dan dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara karena perkelahian, yang menyebabkan lawannya terluka hingga tewas.
Setelah 12 bulan berada dalam penjara Junghuhn berhasil melarikan diri dari penjara menuju Perancis dan di sana dia menjadi tentara bayaran asing untuk beberapa waktu. Setelah mengetahui bahwa sejak tahun 1833 dia memperoleh pengampunan dari Raja Prusia dan atas anjuran kenalannya, agar dia mengikuti dinas militer pada koloni Belanda dan bekerja sebagai dokter yang ditugaskan ke wilayah Hindia Belanda, maka pada tahun 1834 dia pergi ke Belanda. Di Belanda dia menyelesaikan ujian kedokteran lanjutan dan pada tahun 1835 akhirnya dia sampai di Batavia (sekarang Jakarta).
Sebagai seorang dokter dia telah menjelajahi Pulau Jawa, meskipun demikian dia berusaha menjadi anggota Komisi Ilmu Alam pemerintah kolonial. Hal tersebut berhasil dia capai pada tahun 1840 dan memungkinkan dirinya melakukan pekerjaan-pekerjaan penelitian secara luas, yang membuatnya menjadi terkenal.
Pada tahun-tahun tersebut dia menerbitkan buku berjudul “Perjalanan Topografis dan Ilmu Pengetahuan Alam Berkeliling Jawa” (1845) dan ”Tanah Batak di Sumatera” (1847). Setelah melakukan perjalanan ke Eropa karena alasan kesehatan, dia kembali ke Jawa dan mempersembahkan metode penanaman pohon Kina dan beberapa waktu kemudian kepadanya diserahkan pengelolaan penanaman kina secara keseluruhan, sehingga sejak tahun 1858 dia menetap di Lembang, dekat Bandung.
Di Jerman nama Junghuhn mungkin sudah terlupakan sebagian besar orang. Namun demikian, di Indonesia namanya itu masih terus dikenang. Bahkan julukan “Humboldtnya Jawa” sangatlah cocok untuk sosok yang satu ini jika dipertimbangkan secara kilas balik, bukan hanya karena Alexander von Humboldt menyebut nama Junghuhn di dalam karyanya tentang kepulauan Pasifik Selatan yang berjudul “Kosmos” dan berjumlah lima jilid itu, namun juga karena gambaran yang diberikan Junghuhn secara ilmiah mengenal Pulau Sumatera dan Pulau Jawa masih memiliki makna besar hingga kini. Junghuhn meninggal pada tahun 1864 pada usia 54 tahun di kediamannya di Lembang. Istrinya membuatkan sebuah prasasti yang diletakkan di atas makamnya, yang hingga kini masih ada.
Tiga buku asli karya Junghuhn bisa Anda temukan di Perpustakaan „Professor Doddy A. Tisna Amidjaya“ di Jalan Mutumanikam 69, Bandung 40265, telp.: 022-7310 530